Petani dan Kemiskinan
Petani dan Kemiskinan
Entah
bagaimana fenomena ini bermula tetapi ketika berbicara perihal kemiskinan, petani adalah salah satu objek yang sering
dijadikan contoh bahkan bahan diskusi suatu forum. Sejatinya hal ini sudah
biasa mengingat nyatanya taraf kehidupan petani yang masih rendah. Jika
mengingat kembali sejarah dan latar belakang Negara Indonesia yang diberkahi
sumber daya alam yang melimpah, baik laut dan di darat seharusnya hal ini tidak
terjadi. Zamrud khatulistiwa, Negara Agraris,Negara Maritim, kesemuanya mungkin
akan menjadi kenangan indah bagi bangsa Indonesia dimasanya.
Indonesia
merupakan salah satu Negara yang dilebihkan oleh ALLAH SWT dalam sumber daya alamnya.
Hal ini tentu membuat iri negara-negara lain yang tidak seberuntung Indonesia.
Sebegitu istimewanya Indonesia hingga para penyair menggambarkan bahwa tanah
yang dimiliki oleh bangsa ini begitu subur hingga tongkat,kayu, dan batupun bisa
menjadi tanaman. Begitulah kiranya kesuburan tanah yang digambarkan dalam
sebuah lirik lagu yang dimiliki oleh bangsa ini. Menilik dari fenomena tersebut
tentu kiranya para pekerja yang bergerak dibidang pertanian(petani) bisa
memiliki penghidupan yang layak. Nyatanya hingga kini taraf hidup petani masih rendah tetapi tidak menutup kemungkinan mereka juga
pernah merasakan berada dipuncak karir dimasanya.
Berbagai
macam program dari instansi pemerintah ataupun swasta gencar dilakukan seperti
penyuluhan. Hal ini dilakukan dengan
beragam tujuan pula contohnya untuk meningkatkan produktivitas. Sebagian mempercayai
dengan produktivitas yang meningkat maka pendapatan petani akan ikut serta
meningkat. Memang, tidak ada yang salah dengan dokrin semacam ini, hanya saja
sebagian dari para penyuluh hanya
memberikan materi, gambaran dan semacamnya
dan petanilah yang bertugas selanjutnya dalam mengaplikasikannya. Seringkali petani mendapat kesulitan dalam menerjemahkan
apa yang disampaikan para penyuluh untuk diaplikasikan ke lapangan. Hal ini
wajar terjadi mengingat kemampuan yang dimiliki petani serta latar belakang
pendidikan yang masih rendah.Mereka hanya berbekal pengalaman dan sedikit teori
coba-coba. Sehingga banyak terjadi kesalahan dalam aplikasinya dan tidak jarang
petani harus menelan pahitnya gagal panen.
Jika
hal ini berulang kali terjadi bisa dibayangkan kenapa hingga sekarang petani
masih belum bisa dipisahkan dengan
fenomena kemiskinan. Memang, apa yang tertulis diatas bukanlah satu-satunya
contoh penyebab dari keterpurukan petani. Masih banyak penyebab-penyebab lain
yang menghantui petani sehingga masih tampak seperti jalan ditempat atau malah
mundur beberapa langkah. Setidaknya hal ini bisa menjadi pertimbangan bagi
pemerintah dalam membuat kebijakan sehingga program atau apapun itu yang
dilaksanakan tidak hanya menguntungkan Negara tetapi juga memberikan dampak
berupa kesejahteraan bagi kehidupan para petani.
0 komentar:
Posting Komentar